Ada satu hal yang membuatku ingin terus membuka halaman per halaman. Menantangku untuk mengetahui sesuatu yang akan terjadi berikutnya. Tiap halamannya, aku menemukan apapun yang membuatku tertarik untuk terus membaca.
Membaca
sesuatu yang masih abstrak, perlahan memahami, dan berlabuh pada titik dimana
aku menikmati waktu membacaku.
Menyedihkan,
mengecewakan, menyenangkan, dan membahagiakan. Warna-warna itu selalu ada setiap
aku mencoba menjelajahi dari mana asalnya dan bagaimana akhirnya.
Harapku,
halamanku akan terus bertambah. Tiap harinya, dihiasi berbagai macam warna.
Namun ada satu hal yang sengaja aku abaikan, bahwa sebuah buku sudah barang
tentu memiliki jumlah halaman. Entah diakhiri dengan tulisan penutup, atau bisa
saja dengan halaman kosong.
Hingga
pada akhirnya, aku merasa sia-sia. Membaca satu buku dengan berulang. Beberapa
kali aku coba untuk tetap berada pada titik menikmati, sembari menyeruput kopi
panas dan kadangkala aku membaca buku ini dengan suasana yang berbeda.
Sering
aku berusaha untuk lebih memahami halaman per halamannya, seperti yang biasa
aku lakukan. Semakin aku memahami, semakin aku menemukan terang, buku ini harus
aku akhiri, segera. Mau tidak mau.
Aku
memutuskan sebuah kenyataan bahwa buku ini telah usai aku baca. Halaman
terakhir yang aku temukan adalah halaman kosong, yang mana aku harus memberi
catatan tentang bagaimana kesan dan perasaanku sepanjang perjalanan menamatkan
buku ini.
Kamu,
adalah bagianku yang hilang. Yang sedikit aku temukan tentangmu di buku ini.
Kesanku
sangat banyak, perasaanku bercampur. Bagaimanapun itu, takdir adalah yang
memihak kita. Sementara aku memilih untuk menyelesaikan.
Apakah
aku tidak bersyukur pada takdir? Atau apakah aku sedang mengubah takdir?
Itulah,
yang aku tulis, dihalaman terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar